EDUZINE Edisi 1

Halo, sobat FKIP UAD dan Indonesia! Eduzine adalah majalah digital BEM FKIP UAD 2021/2022, yang merupakan salah satu program kerja yang dibawahi oleh Departemen Komunikasi dan Informasi yang berfungsi memberikan informasi kepada KBM FKIP UAD dan juga memuat rekapitulasi perjalanan yang telah dilalui oleh BEM FKIP UAD Periode 2021/2022.
Eduzine memuat beberapa konten lain berupa POSI, karya mahasiswa FKIP, funfact, dan permainan yang dapat Sobat nikmati.

Ikuti link berikut: eduzineedisi1

Kabinet Darwis
BEM FKIP UAD
__________________________
Official BEM FKIP 2021


Instagram : bem_fkip_uad
Yt : BEM FKIP UAD
Web : bem.fkip.uad.ac.id
Twitter : bem_fkip_uad
Tiktok : bemfkipuad

#BEMFKIPUAD2021
#KABINETDARWIS
#FKIPUAD
#UNIVERSITASAHMADDAHLAN
#MUHAMMADIYAH

Sungai Penghasil Ikan

Sebut saja Anto, seorang laki-laki dari Desa Sidomulyo yang memiliki hobi memancing di sungai. Hal itu dilakukannya karena keadaan ekonomi Anto yang pas-pasan. Anto merupakan anak dari bapak Supardi dan Ibu Vivi. Anto adalah anak pertama, ia memiliki adik bernama Indah yang masih duduk di bangku smp. Saat ini Anto baru saja lulus dari SMK dan belum mendapatkan pekerjaan, sehingga ia ikut bertani membantu pekerjaan ayahnya. Hampir setiap hari setelah membantu pekerjaan ayahnya di sawah, Anto pergi ke sungai yang berada di belakang rumahnya. Jarak antara rumah Anto dengan sungai hanya berkisar 20 meter, jadi ia selalu jalan kaki ketika pergi memancing ke sungai.

Sudah sejak SMP Anto memancing di sungai belakang rumahnya. Setiap kali ia memancing, ia selalu membawa banyak ikan untuk lauk makan di rumahnya. Terkadang Anto merasa heran, mengapa ikan ditempat tersebut tidak pernah habis seolah ikannya malah bertambah banyak, padahal ia sering memancing di sungai itu. Anto tidak mau berpikiran macam-macam, ia hanya bersyukur dan berkata dalam hati bahwa ini semua adalah nikmat Tuhan yang diberikan kepada Anto.

Pernah suatu ketika teman-teman sekolah Anto datang berkunjung, saat itu bukan satu atau dua orang melainkan 11 orang. Mereka datang ke rumah Anto karena ingin bersilaturahmi dengan Anto. Pada saat itu beberapa teman teman Anto merasa lapar.

Kemudian muncul ide dipikiran Anto “ah aku ajak mereka pergi memancing saja, nanti hasilnya dimasak untuk dimakan bersama.”

Kemudian Anto mengajak temannya pergi memancing, lalu salah satu teman bertanya “kemana kita akan pergi memancing?”.

Anto pun menjawab “ke sungai belakang rumah, jadi nanti bisa sambil duduk santai menikmati pemandangan persawahan”.

Kemudian mereka pun pergi menuju sungai.

Ditengah jalan ada salah seorang teman Anto yang kagum dengan pemandangan yang ada dan langsung mengabadikannya dengan kamera gawainya. Anto berkata pada teman-temannya sambil bergurau “maklum, rumah dia kan di kota, jadi tidak ada pemandangan seperti ini, yang ada hanya lalu lalang kendaraan”, kemudian teman yang lain tertawa. Sesampainya di sungai, mereka langsung menyiapkan peralatan pancing dan memasang umpan. Tak membutuhkan waktu yang lama, umpan dimakan ikan. Begitu terus sampai hasil pancingan mereka banyak dan dirasa sudah cukup, Anto mengajak teman-temannya pulang untuk memasak ikan dan segera memakannya karena Anto juga sudah mulai lapar.

Sesampainya dirumah ikan langsung dibersihkan kemudian dibumbui dan digoreng. Setelah selesai menggoreng, Anto mengambil daun pisang dan meletakannya di lantai untuk alas makan bersama. Mereka merasakan kenikmatan rasa ikan dan kebersamaan. Setelah semuanya selesai makan, mereka berbincang-bincang menceritakan saat mereka masih sekolah dulu. Beberapa saat setelah itu teman-teman Anto pamit untuk pulang.

Beberapa hari setelah itu ada salah satu teman Anto yang penasaran dengan sungai tersebut mengapa ikan di sungai tersebut sangat banyak. Tanpa pikir Panjang teman Anto itu pun langsung mengambil alat pancing dan pergi memancing sendiri, tetapi begitu umpan dilempar tidak mendapatkan apapun. Ia memancing selama beberapa jam dan tidak mendapatkan apapun. Kemudian besoknya ia mengatakan kepada Anto bawa ia ingin memancing lagi di sungai tetapi dengan ditemani Anto. Ketika itu mereka Kembali mendapatkan ikan banyak sama seperti saat memancing ramai-ramai dulu. Setelah itu teman Anto berbicara kepada Anto “kemarin aku memancing disini sendiri tetapi tidak mendapatkan apapun, pas aku mengajakmu kok dapat banyak ikan ya?”. Anto pun menjawab “aku tidak tahu apa-apa soal itu, yang aku yakini hanya rezeki itu sudah diatur. Jadi tidak usah terlalu dipikirkan”. Kemudian mereka membagi hasil pancingan dan pulang kerumah masing-masing. Hari- hari berlalu dan sungai itu tetap menghasilkan ikan untuk keluarga Anto.

Oleh : Angga Adrianto

Dunia Pendidikan dalam 10 November

Pendidikan dan pahlawan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari syarat kemerdekaan Indonesia. Dua pahlawan utama yang menajdi bagian dari dunia pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara dan Raden Ajeng Kartini. Melalui keduanya saya belajar bahwa bebas membutuhkan pengorbanan.

Sepuluh November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. Dalam ranah ini, Ki Hajar Dewantara adalah pahlawan dunia pendidikan di Indonesia. Bagaimana tidak? Hari kelahiran beliau pun dijadikan peringatan Hari Pendidikan Nasional, tepatnya pada tanggal 2 Mei. Bukan sembarangan hal ini terjadi, perjuangannya mejunjung pengetahuan di Indonesia sangat besar.

Seorang aktivis sekaligus wartawan dan jurnalis Pergerakan Nasional ini meyampaikan kritiknya mengenai pendidikan di Indonesia yang hanya boleh dinikmati para keturunan Belanda dan keluarga kerajaan saat itu. Hal ini menyebabkan pemerintah tersinggung hingga mengasingkan Ki Hajar Dewantara dan Tiga Serangkai ke negeri Belanda. Setelah mereka di asingkan ke Belanda dan bergabung dengan Indische Vereeniging yang merupakan organisasi pelajar Indonesia di Belanda. Akhirnya, pada tanggal 6 September 1919 Ki Hajar Dewantara dipulangkan ke Indonesia dan kemudian mendirikan lembaga pendidikan Taman Siswa di Yogyakarta.

Filosofi dari Ki Hajar yang terkenal di dunia pendidikan dengan bunyi, “Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani” dengan arti “Di depan memberi teladan, Di tengah memberi bimbingan, Di belakang memberi dorongan”. Melalui filosofi ini, dunia pendidikan Indonesia berkembang lebih baik. Ki Hajar sebagai Bapak Pendidikan Indonesia berhasil membawa kebebasan dalam menimba ilmu hingga sekarang.

Ternyata, sebelumnya tak hanya rakyat biasa saja yang memiliki keterbatasan dalam dunia pendidikan. Seperti dalam buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”, surat kegelisahan seorang wanita mengenai salah satu hal di Indonesia, yaitu dunia pendidikan sekaligus surat cinta kebebasan pendidikan untuk kaum wanita yang membawa kita pada area pengetahuan dengan luar biasa hingga kini.

Ketika dulu wanita hanya dianggap sebagai, “Pupur, dapur, dan kasur”, Ibu Kartini mematahkan kalimat rendah itu dengan sekumpulan kata, “Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyang”.

Pejuang emansipasi wanita ini selalu membaca buku dan koran tentang bagaimana pemikiran wanita Eropa setelah ia diberhentikan sekolah. Hal ini menjadikan Kartini lebih bertekad untuk memajukan pemikiran wanita Indonesia kala itu. Kartini mulai menulis surat kepada Abendanon, kenalannya dari luar pribumi. Nantinya, surat-surat itulah yang akan dikumpulkan dan diterbitkan oleh pihak Belanda menjadi sebuah buku bertajuk, “Door Duisternis tot Licht” hingga kemudian diterbitkan oleh Balai Pustaka menjadi buku kumpulan surat Kartini “Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran”.

Ibu Nasionalisme ini akhirnya mampu mengubah pemikiran masyarakat Belanda terhadap wanita Indonesia. Selain itu, tulisannya menjadi inspirasi para tokoh Indonesia dan mengubah pandangan warga pribumi bahwa pendidikan itu penting, baik bagi pria maupun wanita. Berkat perjuangannya juga, kini wanita Indonesia mendapatkan kebebasan pendidikan dan memiliki kesetaraan hak dengan pria dalam hal otonom dan hukum, walaupun hal ini belum sepenuhnya terlaksana.

Pada peringatan Hari Pahlawan ini, kita patut berterima kasih kepada dua pahlawan dalam ranah pendidikan serta pahlawan-pahlawan hebat lainnya yang memberikan kita kebebasan dari penjajah luar bangsa Indonesia. Kita harus bersyukur, perantara mereka kita memperoleh kehidupan dan pendidikan yang layak hingga kini. Tak hanya do’a, mari bersama-sama kita buktikan bahwa perjuangan mereka tidak sia-sia. Mengheningkan Cipta, mulai.